Marketplace vs. E-commerce: Mana yang Lebih Menguntungkan untuk Bisnis Anda?
Dalam dunia digital yang berkembang pesat, para pelaku bisnis dihadapkan pada dua pilihan utama untuk menjual produk secara online: berjualan di marketplace atau membangun toko online pribadi melalui e-commerce. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta dapat memberikan hasil yang sangat berbeda tergantung pada strategi, tujuan, dan sumber daya bisnis Anda.
Marketplace seperti Tokopedia, Shopee, atau Lazada menawarkan kemudahan akses ke pasar yang luas. Di sisi lain, memiliki website e-commerce sendiri memberi Anda kontrol penuh atas brand, data pelanggan, dan strategi pemasaran. Lalu, mana yang lebih cocok untuk bisnis Anda?
Menurut laporan dari Google dan Temasek, nilai pasar e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai USD 82 miliar pada tahun 2025. Marketplace mendominasi volume transaksi, namun e-commerce pribadi menunjukkan pertumbuhan dalam hal loyalitas pelanggan dan branding jangka panjang. Dengan persaingan yang makin ketat, penting untuk memahami secara mendalam perbedaan keduanya sebelum mengambil keputusan.
Contents
Perbedaan Marketplace dan E-Commerce Â
Sebelum Anda memutuskan, penting untuk memahami perbedaan mendasar antara marketplace dan e-commerce. Ini bukan sekadar soal tempat berjualan, tapi juga menyangkut strategi, kontrol, branding, dan pengalaman pelanggan.
Definisi dan Karakteristik Marketplace Â
Marketplace adalah platform pihak ketiga yang mempertemukan penjual dan pembeli di satu tempat. Penjual cukup mendaftar dan membuat etalase toko di platform tersebut. Semua transaksi, pembayaran, dan logistik biasanya difasilitasi oleh platform marketplace itu sendiri.
Beberapa karakteristik utama marketplace:
-
Akses instan ke jutaan pengguna aktif.
-
Proses pendaftaran dan setup toko relatif mudah.
-
Terdapat biaya komisi dan promosi yang dibebankan ke penjual.
-
Branding terbatas karena tampilan dan pengalaman pengguna dikendalikan oleh platform.
Marketplace sangat cocok untuk bisnis yang ingin cepat menjangkau banyak konsumen tanpa perlu mengurus teknis website atau infrastruktur digital.
Definisi dan Karakteristik E-Commerce (Website Toko Sendiri)Â Â
Berbeda dari marketplace, e-commerce pribadi adalah toko online yang Anda miliki dan kelola sepenuhnya. Anda bisa menggunakan platform seperti Shopify, WooCommerce, Wix, atau membuat website custom untuk membangun kehadiran digital Anda.
Karakteristik e-commerce pribadi:
-
Kendali penuh atas desain, user experience, dan branding.
-
Tidak ada biaya komisi per transaksi.
-
Diperlukan investasi awal untuk pengembangan website dan pemasaran.
-
Anda bertanggung jawab atas traffic, pembayaran, dan logistik.
Memiliki website sendiri sangat cocok untuk bisnis yang ingin membangun brand kuat dan mengelola hubungan pelanggan secara langsung.
Contoh Platform Marketplace vs. E-Commerce Â
Kategori |
Platform Marketplace |
Platform E-Commerce |
Lokal Indonesia |
Tokopedia, Shopee, Blibli |
TokoTalk, Jubelio Store, Sirclo Store |
Global |
Amazon, eBay, Etsy |
Shopify, WooCommerce, Magento |
Kemudahan Setup |
Sangat mudah |
Butuh waktu dan keahlian teknis |
Branding |
Terbatas |
Penuh dan fleksibel |
Biaya |
Komisi & listing fee |
Biaya domain, hosting, maintenance |
Perbandingan ini menunjukkan bahwa pilihan terbaik tergantung pada prioritas bisnis Anda, apakah fokus Anda kecepatan menjangkau pasar atau membangun kehadiran brand yang kuat?
Kelebihan dan Kekurangan Marketplace untuk Bisnis Â
Marketplace sering kali menjadi pilihan utama bagi banyak pelaku usaha di Indonesia, terutama UMKM dan bisnis yang baru memulai. Ini karena platform seperti Tokopedia dan Shopee menyediakan infrastruktur yang siap pakai. Namun, meski praktis, marketplace juga memiliki sejumlah keterbatasan yang perlu Anda pertimbangkan secara matang.
Kelebihan: Akses Cepat ke Traffic dan Pembeli Â
Salah satu keuntungan terbesar dari marketplace adalah akses langsung ke jutaan pengguna aktif. Anda tidak perlu repot membangun traffic dari nol karena marketplace sudah memiliki basis pengguna yang besar. Menurut data iPrice, Shopee dan Tokopedia adalah dua platform marketplace terpopuler di Indonesia dengan puluhan juta kunjungan per bulan.
Dengan fitur seperti pencarian produk, flash sale, dan promo yang ditampilkan langsung di halaman utama, produk Anda memiliki peluang besar untuk ditemukan oleh calon pembeli. Marketplace juga menyediakan berbagai fitur promosi dan logistik yang dapat membantu bisnis Anda tumbuh lebih cepat di tahap awal.
Bagi bisnis yang ingin menguji pasar, menjual produk secara cepat, atau memiliki stok terbatas, marketplace bisa menjadi solusi yang sangat efisien dan minim risiko.
Kekurangan: Persaingan Ketat dan Biaya Komisi Â
Namun, di balik kemudahannya, marketplace juga memiliki tantangan serius: tingkat persaingan yang sangat tinggi. Ribuan bahkan jutaan penjual bersaing di satu platform, menawarkan produk serupa dengan harga yang mirip. Hal ini menekan margin keuntungan dan memaksa Anda untuk terus melakukan perang harga atau diskon besar-besaran agar tetap kompetitif.
Selain itu, setiap transaksi di marketplace dikenai biaya admin yang bisa mencapai 5–20% tergantung kategori produk dan jenis promosi yang Anda gunakan. Belum lagi biaya iklan berbayar (ads), listing premium, atau biaya pengiriman yang dibebankan pada penjual.
Satu lagi kekurangan utama: branding Anda bisa tenggelam. Pelanggan sering kali hanya mengingat nama platform (misalnya, “beli di Shopee”) dan bukan brand Anda sendiri. Hal ini menyulitkan upaya membangun loyalitas jangka panjang.
Kelebihan dan Kekurangan E-Commerce Pribadi Â
Membangun e-commerce pribadi seperti memiliki toko fisik di dunia digital. Anda memiliki ruang sendiri, aturan sendiri, dan bebas menyesuaikan segalanya sesuai dengan strategi brand Anda. Namun, hal ini juga berarti Anda harus siap mengelola semuanya sendiri, dari teknis hingga pemasaran.
Kelebihan: Kontrol Penuh atas Brand & Data Konsumen Â
Dengan e-commerce pribadi, Anda punya kendali 100% atas tampilan, alur belanja, dan pengalaman pelanggan. Anda bisa merancang desain sesuai identitas brand, memilih sistem checkout yang nyaman, hingga menambahkan fitur loyalty program atau upsell sesuai strategi Anda.
Yang lebih penting, Anda memiliki akses langsung ke data pelanggan, seperti nama, email, kebiasaan belanja, dan produk favorit. Ini adalah aset berharga untuk personalisasi pemasaran, kampanye email, dan retargeting iklan yang lebih efektif.
Anda juga tidak perlu membayar biaya komisi per transaksi, yang artinya margin keuntungan Anda lebih tinggi. Meski ada biaya awal untuk pengembangan, dalam jangka panjang e-commerce bisa jauh lebih hemat dan menguntungkan.
Kekurangan: Butuh Modal Awal dan Promosi Mandiri Â
Tantangan utama e-commerce pribadi adalah investasi awal yang lebih tinggi. Anda perlu membayar domain, hosting, biaya pembuatan website (baik via agency atau platform DIY seperti Shopify/Wix), serta pengelolaan teknis dan keamanan.
Selain itu, Anda bertanggung jawab penuh terhadap promosi dan mendatangkan traffic. Tidak ada pasar yang “sudah tersedia” seperti di marketplace. Anda harus aktif membangun audiens melalui iklan, SEO, media sosial, atau kolaborasi influencer.
Jika tidak memiliki strategi pemasaran digital yang kuat, website Anda bisa sepi pengunjung dan sulit menghasilkan penjualan. Ini sebabnya banyak bisnis yang gagal saat hanya mengandalkan e-commerce pribadi tanpa rencana promosi jangka panjang.
Marketplace vs E-Commerce dari Sisi Biaya Â
Aspek biaya menjadi pertimbangan penting dalam memilih platform penjualan. Baik marketplace maupun e-commerce memiliki struktur biaya yang berbeda, dengan dampak yang signifikan terhadap cash flow dan profitabilitas bisnis Anda.
Biaya Setup dan Operasional E-Commerce Â
Untuk membangun e-commerce pribadi, Anda perlu menghitung beberapa biaya utama:
-
Domain dan hosting: sekitar Rp300.000–Rp1.000.000/tahun.
-
Platform builder: Shopify ($29–$299/bulan), Wix, atau WooCommerce (gratis tapi ada biaya plugin).
-
Desain dan pengembangan website: Rp2 juta–Rp10 juta (sekali bayar atau project-based).
-
Biaya operasional bulanan: untuk tools email marketing, chat support, pembayaran gateway.
Total biaya awal bisa bervariasi, mulai dari Rp1 juta hingga belasan juta tergantung kompleksitasnya. Namun, tidak ada biaya komisi per transaksi, sehingga biaya jangka panjang bisa lebih efisien jika volume penjualan tinggi.
Biaya Komisi, Listing, dan Iklan di Marketplace Â
Di sisi lain, marketplace memberikan biaya setup gratis, tapi mengenakan komisi per transaksi. Contohnya:
-
Tokopedia: komisi 2–5% per transaksi.
-
Shopee: komisi hingga 5% + biaya admin.
-
Iklan dan promosi: biaya per klik atau per tampil.
Jika Anda menjual produk dengan margin tipis, biaya-biaya ini bisa menggerus keuntungan. Dalam jangka panjang, biaya iklan yang terus meningkat juga bisa menjadi beban.
Hidden Cost dan Investasi Jangka Panjang Â
Marketplace memiliki biaya tersembunyi seperti kebutuhan untuk terus beriklan agar tetap muncul di halaman atas. Selain itu, Anda tidak memiliki aset jangka panjang karena semua traffic dan data pelanggan milik platform, bukan milik Anda.
Sebaliknya, e-commerce pribadi mungkin lebih mahal di awal, tetapi memberikan investasi jangka panjang berupa aset digital: website yang bisa Anda optimalkan, email list pelanggan, hingga SEO yang terus berkembang.
Mana yang Lebih Cocok untuk Bisnis Anda? Â
Setelah memahami kelebihan, kekurangan, dan struktur biaya dari marketplace dan e-commerce, kini saatnya menentukan mana yang paling cocok untuk bisnis Anda. Jawabannya tidak selalu mutlak. Semuanya tergantung pada skala bisnis, tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, serta kemampuan Anda dalam membangun kehadiran digital yang berkelanjutan.
Berdasarkan Skala Bisnis: UMKM vs Brand Besar Â
Untuk bisnis skala kecil hingga menengah (UMKM), marketplace bisa menjadi titik awal yang sangat efisien. Anda bisa menjual produk dengan cepat, memvalidasi pasar, dan menguji minat pelanggan tanpa investasi besar. Marketplace memberikan infrastruktur siap pakai, yang sangat membantu saat modal terbatas dan tim digital masih kecil.
Namun, untuk brand yang sudah berkembang atau ingin membangun brand equity yang kuat, e-commerce pribadi adalah suatu keharusan. Kontrol atas customer journey, branding visual, dan strategi penjualan jangka panjang tidak bisa dilakukan maksimal di marketplace. Brand besar seperti Erigo, Somethinc, atau Scarlett sukses besar karena mereka memanfaatkan kedua platform secara strategis.
Data dari Bain & Company menunjukkan perusahaan yang membangun tim ecommerce mandiri, dengan kontrol penuh terhadap anggaran dan konten, sering kali lebih unggul dalam performa karena mampu mengoptimalkan kanal digital secara lebih terfokus dan responsif
Berdasarkan Tujuan: Jual Cepat atau Bangun Brand Jangka Panjang Â
Jika tujuan utama Anda adalah menjual cepat dan menghasilkan cash flow langsung, maka marketplace memberikan solusi praktis. Anda bisa langsung menjual dalam hitungan hari, tanpa harus membangun traffic atau mengurus teknis situs.
Namun, jika fokus Anda adalah membangun brand digital, loyalitas pelanggan, dan aset bisnis jangka panjang, maka e-commerce pribadi adalah pilihan terbaik. Anda bisa menciptakan pengalaman pelanggan yang unik, menjaga data pelanggan, dan mengembangkan program loyalitas atau komunitas.
Banyak bisnis yang sukses menggabungkan keduanya: menggunakan marketplace sebagai “alat akuisisi”, lalu mengarahkan pelanggan ke website pribadi untuk pengalaman berbelanja yang lebih personal dan berkesinambungan.
Strategi Kombinasi Marketplace + E-Commerce Â
Strategi paling ideal untuk banyak bisnis adalah menggabungkan marketplace dan e-commerce pribadi. Anda bisa memanfaatkan traffic besar dari marketplace untuk menjaring pelanggan baru, lalu secara bertahap membangun brand dan mengarahkan pelanggan setia ke toko online Anda.
Contoh strategi kombinasi:
-
Jual produk best-seller di marketplace untuk volume penjualan.
-
Gunakan packaging dan komunikasi after-sales untuk mengarahkan pelanggan ke website.
-
Bangun program loyalitas atau membership di toko online pribadi.
Dengan pendekatan ini, Anda mendapatkan yang terbaik dari dua dunia: volume penjualan dari marketplace dan loyalitas jangka panjang dari e-commerce.
Studi Kasus dan Contoh Nyata Â
Untuk memberikan gambaran yang lebih konkret, mari kita lihat beberapa brand lokal Indonesia yang telah sukses dengan pendekatan masing-masing, baik melalui marketplace maupun e-commerce pribadi.
Brand Fashion Lokal yang Sukses Lewat Marketplace Â
Salah satu contoh menarik adalah 3Second, brand fashion lokal yang memanfaatkan marketplace seperti Shopee dan Tokopedia untuk menjual produk mereka ke seluruh Indonesia. Mereka memanfaatkan fitur flash sale, live shopping, dan promosi platform untuk membangun awareness dan menjangkau konsumen baru.
Meski memiliki toko offline dan website sendiri, 3Second tetap menjadikan marketplace sebagai ujung tombak distribusi, terutama untuk produk-produk reguler dan promo. Dengan pendekatan ini, mereka mampu meningkatkan omzet tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk iklan digital dari awal.
Ini membuktikan bahwa dengan strategi pricing dan inventory yang tepat, jualan di marketplace masih sangat powerful untuk brand fashion yang ingin scale up.
Brand Skincare yang Bertumbuh Lewat Website Sendiri Â
Di sisi lain, Avoskin, brand skincare asal Yogyakarta, fokus membangun e-commerce mereka sendiri. Website mereka dirancang dengan sangat baik, lengkap dengan blog edukatif, sistem membership, hingga fitur bundling produk.
Avoskin juga memanfaatkan CRM dan email marketing untuk menjaga komunikasi dengan pelanggan secara personal. Alhasil, mereka tidak hanya sukses meningkatkan repeat order, tapi juga membangun komunitas pelanggan setia yang loyal terhadap brand.
Data dari SimilarWeb menunjukkan bahwa traffic website Avoskin terus meningkat dalam dua tahun terakhir, sebagian besar berasal dari pencarian organik dan kampanye sosial media yang terarah.
Studi ini menunjukkan bahwa e-commerce pribadi sangat cocok untuk produk dengan nilai tambah tinggi, edukasi, dan branding yang kuat.
Kesimpulan Â
Memilih antara marketplace dan e-commerce pribadi bukan sekadar soal platform, tetapi tentang bagaimana Anda ingin mengembangkan bisnis Anda ke depan. Setiap pilihan memiliki peluang dan tantangan tersendiri, tergantung pada kondisi dan tujuan Anda.
Marketplace atau E-Commerce? Sesuaikan dengan Strategi dan Sumber Daya Bisnis Anda Â
Jika Anda masih dalam tahap awal dan ingin cepat mulai menjual, marketplace adalah pilihan tepat. Tapi jika Anda ingin membangun aset digital jangka panjang, menguasai data pelanggan, dan menciptakan pengalaman brand yang kuat, e-commerce pribadi adalah jawabannya.
Tidak ada salahnya menggunakan dua strategi secara bersamaan, selama Anda memiliki rencana yang jelas untuk masing-masing. Kombinasi keduanya bisa memberikan fleksibilitas dan kekuatan maksimal dalam menghadapi pasar digital yang kompetitif.
Mulai Bangun Toko Online Anda dengan Longetiv Â
Jika Anda siap membangun toko online sendiri dan ingin menjalankan strategi omnichannel dengan efektif, Longetiv Digital Hub siap membantu Anda. Kami bantu Anda dari perencanaan, desain website, integrasi pembayaran, hingga strategi pemasaran marketplace digital yang terukur.
Jangan tunggu lagi, jadwalkan konsultasi pertama Anda sekarang, GRATIS! Mari mulai transformasi bisnis Anda bersama Longetiv Digital Hub.
Bagikan ke:
Artikel Terbaru